Sabtu, 14 Desember 2019

Sentra Education

muhamadfay
Setelah memilah - milah buku yang ada di rak buku Gramedia Matraman pada kumpulan pendidikan anak, ada satu buku yang lain dari pada biasanya. Buku Rhenald Kasali series on education, menurut saya ini hal baru bagi pak Rhenald mengkaji dunia pendidikan anak usia dini, yang biasanya karya - karya beliau selalu bertemakan manajemen dan memang cukup menarik isi dari buku "SENTRA Membangun Kecerdasan dan Kemampuan Anak Sejak Usia Dini, Demi masa depan yang Cemerlang".  

Buku setebal 333 halaman ini lebih banyak bercerita tentang perjalanan hidup seorang Wismiarti Tamin dalam menemukan metode pendidikan yang diperlukan untuk anak - anak indonesia. Jadi menurut saya buku yang di sajikan pak Rhenald sebagian isinya lebih kepada pengalaman perjalanan ibu Wismiarti Tamim menemukan metode sentra. Siapa kah ibu Wismiarti Tamim ini, beliau adalah tokoh pendidikan dan perintis metode sentra di indonesia. Berangkat dari kegelisahan ibu Wismiarti ini metoda sentra berkembang menjadi bibit metode - metode pendidikan anak usia dini di indonesia.

Dalam buku tersebut disajikan kisa ibu Wismiarti ketika menjadi tenaga kesehatan untuk laboratorium doping milik Pemprov DKI jakarta, saat beliau melakukan test seleksi pegawai untuk laboratorium tersebut, yang bekerjasama dengan pihak konsultan ternyata tanpa disangka - sangka dengan level pendidikan yang tinggi tidak menjamin kejujuran dan kemampuan seseorang dalam bekerja sama. Begitu singkatnya hasil seleksi konsultan yang bekerjasama dengan wismiarti. Sehingga dalam perjalanan tersebut ibu Wismiarti mulai berfikir keras, sisi mana yang harus dibangun untuk pendidikan ini?. Beliau tersadar bahwa pendidikan karakter adalah bagian dari cara membentuk perilaku dan sikap sesorang.

Metode sentra merupakan metode pendidikan anak yang diadopsi dari Beyond Centers and Circle Time (BCCT) di florida, Amerika Serikat. Sumbernya ialah dari Dr. Pamela Phelps seorang pakar pendidikan yang sudah bergelut melakukan penelitihan pendidikan anak puluhan tahun. Dalam prakteknya mendidik anak itu bagaimana kita merasakan apa yang diinginkan anak dengan menstimulus karakter - karakter yang harus dibangun dan cara berfikir anak yang perlu dikembangkan. Pada metode sentra yang saya baca dalam buku tersebut ialah anak - anak dididik dengan cara bermain, memahami kehidupan mahluk hidup dan alam serta seni yang mampu membangun kepribadian anak. 

Buku yang berbeda dari serial pendidikan anak yang sering saya baca, buku ini menyajikan permainan balok menjadi bagian dari cara mendidik sikap dan cara berfikir anak, dan tentu saja bagaimana membangun sosok manusia yang multiple intelligences dijelaskan penulis dengan baik serta keterampilan kunci yang harus dimiliki seseorang untuk sukses.

7 Keterampilan Kunci
"Skill hidup ini potensial membantu anak sukses secara sosial, emosional, dan intelektual dalam jangka pendek dan panjang. Semua orang dewasa bisa mengajarkan skill ini dan semua anak bisa mempelajarinya. Selain itu, tak ada kata terlambat untuk mempelajari skill ini"  -Ellen Galinksy

Saya berfikir, buku ini sangat perlu diketahui dan dibaca oleh kaum pendidik dan orang tua. karena cara membangun karakter anak dan cara berfikir anak harus dibangun dan dimulai dari sedini mungkin. Agar kelak ketika anak mulai besar nanti tidak ada lagi ucapan dan perilaku berbohong serta perilaku buruk lainnya. Dan dalam buku tersebut ibu Wismiarti memberikan perhatian lebih kepada guru atau pendidik dalam mengimplementasikan metode sentra, sampai - sampai beliau memberikan bimbingan khusus guru PAUD-nya untuk belajar ke Florida. Metode Sentra sangat bagus untuk pendidikan anak - anak kita.


Sabtu, 26 Oktober 2019

Merdeka Sejak Hati

Setelah sekian lama tidak membaca novel, sepintas ketika ada pameran buku di Rumah Cinta Baca Bogor terpikat dengan sebuah buku karya A Fuadi "Merdeka Sejak Hati". Novel setebal 365 halaman ini banyak bercerita tentang idealisme, pencarian jati diri, kasih sayang, cinta dan bagaimana cara mendidik seorang anak. 

Larfan Pane, tokoh yang mengajak kita untuk mengarungi perjalanan hidup dari seorang anak piatu ( tanpa ibu ) harus berjuang dengan keras, hidup tanpa kasih sayang ibu, mengecap rasa kehidupan dari sudut pandang yang berbeda. Dari kemalasanya untuk masuk sekolah, mencari uang untuk menghidupi diri, hingga mencapai titik kesadaran bahwa kehidupan ini untuk berjuang mempertahankan kedaulatan NKRI.
Taken by Samsung J7 Pro

Sangat apik A Fuadi membawa tokoh Larfan Pane ini menjadi tokoh utama yang berujung pada kematian, sakit akibat penyakit stroke. Tapi bagi saya ini novel terlalu singkat, karena sebenarnya penulis seharusnya bisa mengembangkan identitas Larfan ketika menjadi seorang ayah yang mendidik anak - anaknya dengan latar suasana Yogyakarta atau ketika menjadi dosen menceritakan bagaimana perjuangan seorang pendidik mecetak mahasiswa / generasi masa depan Indonesia dan tokoh Toga atau Iqbal atau ketiga anaknya yang saya rasa masih kurang terasa.

Overall ceritanya sangat inspiratif, terutama ketika memaparkan identitas HMI (Himpunan Mahasiswa Indnesia).. Saya berfikir seharusnya ini menjadi novel wajib bagi para mahasiswa yang berjuang di ruang pergerakan, entah itu di BEM atau Organisasi Ekstra kampus.  
 

Rabu, 04 September 2019

Resensi Merebut Peran Tuhan

Mencoba menata kembali kata - kata untuk mengisi blog ini.

Tepat hari jumat kemarin, Jakarta 30 Agustus 2019 saya selesai membaca buku kedua tulisan Nati Sajidah dengan judul Merebut Peran Tuhan. Menurut saya buku ini bagus untuk mengelola rasa, manajemen rasa, buku yang berisi lintasan - lintasan rasa dan perenungan mendalam dari seorang santri Natisa ini banyak mengajarkan tentang bagaimana mengelola rasa  yang diajarkan para Nabiyullah lewat runutan sejarah yang tertulisa dalam Al-Quran. Banyak kutipan - kutipan tafsir Al - Quran yang menjadi dasar tulisannya.

Penulis memaparkan tentang bagaimana ujian hidup ini adalah persoalan - persoalan yang dahulu juga pernah dirasakan oleh manusia - manusia mulia di zaman Rasulullah. Justru lebih keras dari pada kehidupan kita saat ini, namun hidup memang harus dihadapi. Sebagai hamba ciptaan Tuhan sudah tentu harus memposisikan diri, merendah untuk menghimpun pahala, merapal Doa untuk menemukan jawaban terbaik menurut kehendak Tuhan. Saya kira itu point utama dalam tulisan karya Natisa.

Sesungguhnya hidup ini soal rasa, Ciptakan selalu rasa bahagia dalam diri ini apapun kondisi yang dihadapi. Kita punya Tuhan Yang Maha Segala.

Ada susunan kata yang berulang dalam buku ini yang saya rasa kata - katanya membosankan seperti "me-Semesta, Tak, dll"

Jadi baca dulu saja. Insya Allah banyak Hikmah.