Rabu, 24 September 2014

Menata Keuangan

Membaca buku financial revolution in action karya kolaborasi Tung Desem Waringin dan Ongki Hojanto seperti diingatkan kembali tentang bagaimana seharusnya kita menggunakan, menyimpan, menabung dan menata keuangan kita.
Dalam buku yang berjumlah 221 halaman ini memaparkan begitu banyak kisah para pebisnis besar dunia, tentang cara berfikir, tentang mengelola keuangan dan satu lagi yaitu tentang bagaimana aksi kita  dalam melatih diri untuk menjadi kaya. Buku yang sangat inspiring, membuka cakrawala kita soal keuangan khususnya 'bagaimana menjadi kaya?'.
Dalam penjelasannya, pada bab going the next level halaman 71. Kekayaan adalah hasil akhir dari sebuah proses.  Urutan level keuangan menurut Anthony Robbins dalam kutipan buku tersebut memaparkan;
1. Financial Protection
Yaitu kondisi keuangan ketika kita mempunyai uang untuk memenuhi pengeluaran bulanan minimum selama 2 bulan sampai 24 bulan.
2. Financial Security
Yaitu kondisi keuangan ketika kita mempunyai investasi cukup banyak yang diinvestasikan ditempat yang aman dan hasilnya dapat mencukupi kebutuhan angsuran rumah, biaya makan, tagihan listrik, gas, air, transportasi, asuransi dan pajak tanpa harus bekerja lagi.
3. Financial VItality
Yaitu suatu kondisi keuangan ketika kita mempunyai investasi cukup banyak ditempat yang aman dan hasilnya tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan pada tingkat financial security, tetapi mampu mencukupi untuk biaya pendidikan anak, kebutuhan hiburan, membeli baju baru dll.
4. Financial Independence
Yaitu suatu kondisi keuangan ketika kita mencapai investasi cukup banyak ditempat aman dan hasilnya mampu memenuhi kebutuhan hidup kita saat ini dengan gaya hidup sekarang tanpa harus bekerja lagi seumur hidup. Dengan kata lain kita bebas untuk tidak bekerja.
5. Financial Freedom
Yaitu suatu kondisi keuangan ketika kita mencapai investasi cukup banyak ditempat aman dan hasilnya mencukupi kebutuhan kita untuk hidup dengan gaya hidup yang kita inginkan.
6. Absolute Financial Freedom
Yaitu suatu kondisi keuangan ketika kita mencapai financial freedom kemudian kita mampu secara nyata untuk melakukan apapun yang kita inginkan, kapanpun,dimanapun,  kemanapun, dengan siapapun, sebanyak dan selama yang kita inginkan.
Saya terasa merinding saat membaca point ke enam itu. Tapi seminimal kita mampu mencapai pada level point keempat. Semoga.
Banyak hal yang saya dapatkan dari buku sang motivator Tung Desem Waringin dan Ongky Hojanto. Semoga suatu saat bisa ikut dalam acara seminar-seminar yang beliau adakan.

Jumat, 19 September 2014

Self Driving

Menjadi driver atau passenger?

Pertanyaan yang membuat hati saya  penasaran ketika sedang membeli buku ujian nasional untuk adik di toko gunung agung arion mall. Buku buah karya profesor Rhenal Kasali ini saya beli dan berikut beberapa petikan / resensi yang bisa saya bagi untuk teman-teman.

Tulisan buah karya profesor Rhenal Kasali dengan judul "Self Driving, menjadi driver or passenger?" Ini sangat bagus untuk dibaca sebagai bekal diri menjadi pribadi driver atau menjadi pribadi passenger. Dalam beberapa penjelasannya diuraikan bagaimana menjadi good driver atau good passenger. Bagaimana menjadi pemenang atau menjadi orang yang kalah tetapi menempati posisi pemenang.

Menurut beliau seorang driver itu harus memiliki disiplin diri yang kuat, berani ambil resiko, ketika bermain (dalam hal pekerjaan atau perlombaan) selalu berfikir menang, sederhana tetapi memiliki kekuatan besar, mampu berfikir kreatif, dan mampu menghadapi kondisi-kondisi kritis dengan hasil yang berkualitas serta selalu menumbuhkan cara berfikir baru dengan proses belajar tiada henti.

Beliau mengaitkan teori para pakar psikologi lalu mengaitkannya dengan kondisi kekinian yang terjadi. Dalam halaman 236 menurut Dweck (2011) mengenai cara pandang baru tentang otak;
Otak bisa berubah, berkembang atau mengecil
Daya tangkap dapat berubah, ditentukan oleh sikap, dan ketekunan menghadapi/memecahkan masalah.
Keterampilan dan kecerdasan bukan bawaan lahir
Mereka yang fokus terhadap outcome (hasil, karya, sukses) akan terperangkap dalam fixed mindset, sedangkan yang menghargai proses akan berkembang (growth mindset).

Kaitannya dengan growth mindset lanjutnya bahwa orang yang memiliki karakter growth mindset umumnya mereka low self monitor. Ketika melakukan sesuatu mereka tidak memiliki niat untuk pencitraan melainkan semua yang dilakukannya karena memang kekuatan besar dorongan jiwa untuk melayani, mencoba hal-hal baru tanpa perlu perhatian orang lain. Sehingga hasil yang mengakumulasi ialah kehebatan-kehebatan diri yang tereksplor dengan sepenuh hati dan kepercayaan diri yang kuat.

Lalu bagaimana menggali kekuatan-kekuatan seperti diatas?

Maka menurut pakar manejemen yang menjadi guru besar di kampus UI ialah kita harus senantiasa melatih diri mengeskapose diri pada tantangan-tantangan baru, meminta kritik dan masukan dari orang-orang kritis,  selalu mencoba untuk membiasakan menghadapi hal-hal sulit yang mungkin tidak mau dikerjakan orang lain. Dan datangilah orang-orang sukses dan bergurulah kepada mereka.

Buku dengan setebal 266 halaman ini sangat menginspirasi dan menumbuhkan semangat afirmasi. Layak dibaca untuk semua kalangan profesional ataupun pekerja sosial