Kamis, 30 Januari 2014

Memang Jodoh

Sambil menikmati alunan musik lagu Nidji - OST Tenggelamnya Kapal Van Der Widjk tangan ini kembali menuliskan kisah dalam sebuah novel "Memang Jodoh" buah karya Marah Rusli. Cerita yang sungguh banyak memberikan pelajaran-pelajaran hidup tentang kekuatan tekad, keyakinan, dan ketegasan sosok laki-laki padang. Teguh terhadap prinsip hidupnya dan lembut terhadap sesiapa yang menemaninya.

Marah Hamli menjadi tokoh utama yang memperankan kisah perjalanan hidup lelaki padang yang berhaluan lain terhadap adat budaya negerinya. Perjodohan dalam adat padang yang di-takluk-kannya dengan kekuatan pengetahuan agama, perasaan, dan realitas kekinian menjadi tak terbantahkan hingga ajal menjemputnya.

Sosok Marah Hamli, lelaki pembelajar yang dirundung penyakit pilu dan sedih yang tak tahu apa musebabnya memang sangat sulit untuk ditemukan obatnya. Namun ketika jiwa dan raganya dipertemukan dengan Nyai Radin Asmawati pada pertemuan yang tanpa disengaja sedikit demi sedikit akhirnya penyakit yang hampir membunuh dirinya sendiri menjadi menghilang, dan sembuh.

Dengan penyakit Hamli yang mulai sembuh itu, dari nenek dan bibi-nya yang telah mempertemukan mereka dan dirasa mereka memiliki kesamaan antara pesan tanda-tanda perihal jodoh mereka maka pernikahan yang melawan adat padang itu dilakukan oleh hamli dan Din Wati dengan diam-diam. Meskipun mereka sebenarnya anak para bangsawan besar di padang dan tanah pasundan namun karena banyak kemungkinan keluarga tidak menyetujui maka sederhanalah pernikahan yang mereka lakukan.

Perjalanan kehidupan sosok Marah Hamli sebagai seorang sarjana pertanian dan seorang ayah dari anak-anaknya tidak selalu berjalan mulus, selalu saja dihadapkan dengan perkara perjodohan meski sudah memiliki cucu. Niatnya menjadi perantau benar-benar tercapai pada saat pekerjaan dinasnya ke sumbawa, blitar, semarang dan tentu beberapa kota/kabupaten di jawa barat dan jawa tengah.

Penulis sangat lihai mengelolah konflik perjodohan dari awal sampai akhir cerita, mungkin karena adat budaya padang yang sangat keras dan kaku terhadap perjodohan sehingga membuat kekuatan cinta dan takdir Tuhan menjadi madu dalam perjalanan cinta Hamli dan Nyai Radin Asmawati.

Dari Novel ini anda akan dibawa dalam suasana penjajahan belanda yang sangat keras, Hamli dan keluarganya yang terpisah karena kondisi negeri yang sedang dijajah akhirnya mampu berkumpul, kembali bersama lalu menetap di Sukabumi hingga akhir hayat.