Membaca tulisan jurnalis sungguh berbeda dengan tulisan tangan-tangan
para novelis. Lebih mengalir dan sangat informatif. Seorang jurnalis
Hanum sekaligus alumni kedokteran gigi FKG UGM sangat pandai
mendeskripsikan keindahan pandangan matanya di bawah langit eropa.
Bisa dibilang sebuah perjalanan ketidaksengajaan yang
bermula dari pertemanannya dengan fatma, sosok muslim keturunan Turki
yang sedang belajar disebuah tempat kursus bahasa jerman sehingga pada
akhirnya menjadi pertemanan yang terikat karena ukhuwah islamiyah serta
memiliki cita-cita yang sama.
"Hidup di negara yang minoritas muslim dibutuhkan energi besar untuk memperjuangkan kemusliman kita"
Di novel yang berhalaman 410, anda akan disugukan
dengan keindahan-keindahan arsitek peradaban islam pada masa kejayaan.
Hanum bercerita tentang perjalanannya saat berada di museum lauvre;
siapa kara mustafa pasha dan apa isi dari kufic-kufic pada lukisan bunda
maria. Seru dan menambah pengetahuan baru.
Di Cordoba dan Granada, Hanum dan Rangga
mendeskripsikan sejarah tentang mihrab Mezquita yang ia gali bersama
dengan penjaga Mezquita. Pembaca akan dibuatnya merinding. Disana
nampak seperti bangunan tinggi menara masjid namun disana pula lengkap
dengan lonceng dan salib logam.
Pertemuan hanum dengan sosok guide sergio seorang
Atheis sangat membuat batin penulis berkecamuk. Ia paham akan sejarah
namun lain dihatinya. Boleh dibilang konflik-konflik yang terjadi hanya
dari sisi kebatinan penulis. Hal ini yang kurang dalam novel "99 Cahaya
di Langit Eropa".
Namun Ramuan sejarah dan sastra ini patut untuk anda
baca. Anda akan lebih mengenal tentang Istanbul dalam beberapa sub bab.
Penulis sangat lihai mendeskripsikan keindahan atap kuba blue mosque dan
Hagia Sophia.
aaaaaaaaaaaaaaak mau ke eropa juga...
BalasHapussumpah buku itu keren :)
like this yow mas (^,^)